Kamis, 08 Maret 2012

AYU SURYANTINI




DALAM PENCARIAN BALI SEJATI

Bahwa tidak semua remaja di Bali bisa aktif di dalam melestarikan budaya Bali itu sendiri. Tentu banyak alasan kenapa hal ini terjadi. Bahwa seperti kita ketahui dan rasakan sekarang ini, kehidupan remaja sebagian besar dihabiskan oleh jam-jam sekolah. Lebih-lebih sejak diberlakukannya ujian nasional (UN), maka kehidupan remaja pun seolah tersandera sepenuhnya oleh kurikulum dan mata pelajaran dalam kelas.

Tetapi bagaimana pun, toh ada saja segelintir remaja yang punya kemampuan lebih untuk menyiasati sitauai. Ni Made Ayu Suryantini misalnya, remaja ini mampu menyiasati waktu antara sekolah dengan berbagai kegiatan di luar sekolah secara seimbang. “Belakangan ini masyarakat Bali begitu latah dengan istilah Ajeg Bali dan berbagai sebutan eksotik lainnya untuk Bali. Tetapi pada saat yang sama kita merasakan bahwa Bali sebenarnya semakin kering dan gersang. Kenapa? Yak karena kita sebagai warga Bali telah mengabaikan sendi-sendi kehidupan Bali itu sendiri,” ujar Ayu dalam sebuah obrolan dengan Bali Bicara.

Apa yang dimaksud Ayu tersebut tiada lain adalah semakin tercerabutnya kehidupan generasi muda Bali dari akar budaya lokal. “Ini bukan sepenuhnya kesalahan para remaja itu sendiri, tetapi karena generasi tua juga telah menutup kesempatan bagi remaja untuk mengambil peran dalam melestarikan budaya Bali. Salah satu kesalahan fatal itu adalah terlalu padatnya kurikulum sekolah yang harus dijalani para remaja. Hal inilah yang menghambat para remaja untuk dapat berperan aktif dalam berbagai upaya pelestarian budaya lokal dan lingkungan. Jadi sekali lagi, jangan kaget kalau akhirnya kita mendapatkan betapa keringnya Bali saat ini,” tegas Ayu.

Kesadaran akan situasi inilah kemudian yang membawa remaja kelahiran 10 Juni 1993 ini, untuk tidak berdiam diri saja. Ayu adalah salah satu dari segelintir remaja yang aktif dan eksis berkiprah dalam pelestarian warisan leluhur budaya pulau seribu pura ini. Siswi kelas XI IPA 1 di SMAN 1 Negara ini pun telah banyak memberikan kontribusi untuk Jembrana dengan predikat juara pertama dalam berbagai lomba di bidang seni budaya tingkat provinsi. Bahkan Ayu telah tiga kali berturut-turut menjadi Duta Bumi Makepung dalam ajang Mapidarta Basa Bali pada Pesta Kesenian Bali.

Tetapi seperti penuturan Ayu, peran aktif remaja Bali untuk melestarikan budaya tentu saja tidak cukup hanya dengan mengikuti lomba-lomba seperti itu. “Yang terpenting adalah, remaja harus berani dan mampu berbuat bagi lingkungannya. Pengertian lingkungan itu bukan hanya sebatas alam sekitar, tetapi tradisi, budaya dan bahkan estetika yang ada di sekitar kita. Di sanalah kita harus berperan nyata,” demikian Ayu menutup obrolan.balibicara/yuli astari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar