Kamis, 08 Maret 2012

NI LUH GITA FEBRIANI



BERSEKOLAH SAMBIL MELESTARIKAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL

Githa! Jawaban spontan diberikan Dra. Sudarijah, Kepala SMP Swastika Karya, ketika BaliBicara menyinggung tentang murid berprestasi di sekolah tersebut. Sejurus kemudian, kami pun terlibat pembicaraan ringan dengan pemilik nama lengkap Ni Luh Githa Febriani, penyandang juara 1 umum di kelasnya.

“Sekolah kami memang berbeda dari sekolah lainnya di Jembrana. Sebab, hampir seluruh halaman sekolah ini ditanami tanaman obat tradisional. 500 jenis tanaman obat tradisional yang ada di sini sering dimanfaatkan siswa maupun warga sekitar, sesuai peruntukannya dalam menangkal berbagi macam penyakit. Untuk kalangan siswa, kami sering memanfaatkannya ketika program Jumat Ceria. Proses pembuatannya cukup unik. Awalnya tanaman jenis tertentu itu kami masak sama-sama. Kemudian, satu porsinya kami jual seharga Rp 1.000,00 kepada siswa. Terkadang juga kami berikan kepada tamu-tamu yang berkunjung ke sekolah kami,” ungkap mantan Ketua OSIS periode 2009/2010 ini.

Siswi yang baru saja lulus ujian nasional ini memang terlihat cerdas dan pandai. Ia sangat lihai memandu perjalanan mengelilingi setiap halaman sekolahnya yang dipenuhi tanaman obat tradisional. Walaupun mengaku belum pernah memanfaatkan tanaman obat karena jarang sakit, tetapi Githa merasa senang dapat belajar meramu tanaman tersebut bersama temannya.

“Ya, senang saja, menambah pengalaman dan sedikit banyak tahu tanaman obat. Awalnya ketika melihat tanaman-tanaman ini, saya mengira hanya rumput atau tanaman yang tidak ada gunanya. Tapi ternyata saya salah. Itu adalah tanaman obat tradisional yang bukan hanya mengandung khasiat untuk mengobati berbagai penyakit saja, tapi juga juga dapat dijadikan sebagai bahan makanan,” tutur dara kelahiran 10 Februari 1995 ini.

Githa menambahkan, dengan adanya tanaman obat tradisional, minimal ketersediaan obat-obatan untuk kebutuhan sekolah tercukupi. Ini juga merupakan bentuk efisiensi dalam bentuk dana. Tapi terkadang, untuk beberapa jenis tanaman tertentu, proses meramu tanaman obat tradisional ini membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Kalau bisa, semestinya masyarakat lebih memperhatikan tanaman alami dan berkhasiat seperti itu. Tapi untuk mewujudkannya, kita perlu melibatkan pemerintah agar masyarakat lebih peduli terhadap tanaman obat tradisional sebagai warisan leluhur kita. Ya, paling tidak menggelar lomba budidaya tanaman obat sejenis. Manfaatnya kan banyak,” ucapnya.

Remaja yang pernah menjadi juara pertama dalam ajang lomba TIK se-Kabupaten Jembrana ini juga menyalurkan rasa kepeduliannya terhadap tanaman lewat majalah sekolah. “Saya dan teman-teman pernah mengangkat tulisan seputar tanaman obat tradisional. Jadi kita tidak perlu susah payah bersosialisasi dengan bertatap muka. Cukup dengan media bacaan, kami harap para pembaca dapat lebih mengenal dan memahami tentang tanaman obat tradisional,” tukas pemimpin redaksi Majalah “MASK” dengan senyuman dikulum.

Jika sebelumnya putri pasangan I Nyoman Wardita dan Ni Luh Nurti Wiasih mengaku jarang sakit, itu lantaran ia berusaha menjaga kestabilan daya tahan tubuhnya dengan cara berolah raga. Voli adalah salah satu olah raga yang ia geluti saat ini dan telah berbuah prestasi. Bahkan beberapa waktu lalu, ia bersama tim volinya menyabet juara kedua dalam ajang O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) pada tahun 2009 di Denpasar. Yuli astari / bali bicara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar